3.1.
SEJARAH
FIBER OPTIK
Penggunaan
cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak digunakan sejak zaman
dahulu, namun baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman mengawali
eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang bernama fiber optik.
Percobaan ini juga masih tergolong cukup primitif karena hasil yang dicapai
tidak bisa langsung dimanfaatkan, namun harus melalui perkembangan dan
penyempurnaan lebih lanjut lagi. Perkembangan selanjutnya adalah ketika para
ilmuwan Inggris pada tahun 1958 mengusulkan prototype
fiber optik yang sampai sekarang dipakai, yaitu yang terdiri atas gelas inti
yang dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an, perubahan
fantastis terjadi di Asia, yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat
jenis fiber optik yang mampu mentransmisikan gambar.
Di
lain pihak, para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas
(fiber optik) juga mencoba untuk “menjinakkan” cahaya. Kerja keras itu pun
berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah
frekuensi tampak sekitar 15 Hertz – 1014 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi
gelombang mikro.
Pada
awalnya, peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan.
Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser
juga belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya
gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran
laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan
simpangan jarak hingga hitungan meter.
Sekitar
tahun 1960-an ditemukan fiber optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang
dari satu bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang
sangat bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga
konon, seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan yang
cukup kita dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.
Seperti
halnya laser, fiber optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal.
Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968
atau berselang dua tahun setelah fiber optik pertama kali diramalkan akan
menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km.
Melalui pengembangan dalam teknologi material, fiber optik mengalami pemurnian,
dehidran (pengeringan), dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya
mencapai tingkat dibawah 1 dB/km.
Tahun
1980-an, bendera lomba industri fiber optik benar-benar sudah berkibar.
Nama-nama besar di dunia pengembangan fiber optik bermunculan. Charles K. Kao diakui dunia sebagai
salah seorang perintis utama. Dari Jepang, muncul Yasuharu Suematsu. Raksasa-raksasa elektronik macam ITT dan STL
jelas punya banyak sekali peranan dalam mendalami riset-riset fiber optik.
3.2.
PERKEMBANGAN
FIBER OPTIK
Berdasarkan
penggunaannya, maka sistem komunikasi serat optik (SKSO) dibagi menjadi 6 tahap
generasi, yaitu seperti diuraikan di bawah ini.
Generasi Pertama (mulai 1975)
Sistem
masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya, terdiri dari
alat encoding yang mengubah input
(misal suara) menjadi sinyal listrik, transmitter
yang mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang berupa LED dengan panjang
gelombang 0,87 mm, serat silika sebagai penghantar sinyal gelombang, repeater sebagai penguat gelombang yang
melemah di perjalanan, receiver yang
mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal listrik berupa fotodetector, dan alat decoding
yang mengubah sinyal listrik menjadi output
(misal suara).
Repeater
bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula ia mengubah sinyal gelombang yang
sudah melemah menjadi sinyal listrik, kemudian diperkuat dan diubah kembali
menjadi sinyal gelombang. Generasi pertama ini pada tahun 1978 mencapai
kapasitas transmisi sebesar 10 Gb.km/s.
Generasi Kedua (mulai 1981)
Untuk
mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar menjadi tipe mode
tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias teras.
Dengan sendirinya, transmitter juga
diganti dengan diode laser dan panjang gelombang yang dipancarkannya 1,3 mm.
dengan modifikasi ini, generasi kedua mampu mencapai kapasitas transmisi 100
Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar daripada generasi pertama.
Generasi Ketiga (mulai 1982)
Terjadi
penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode laser berpanjang
gelombang 1,55 mm. kemurnian bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya
dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 mm sampai 1,6 mm.
Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus
Gb.km/s.
Generasi Keempat (mulai 1984)
Dimulainya
riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya yang dipakai bukan modulasi
intensitas, melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang sudah lemah
intensitasnya masih dapat dideteksi dan jarak yang ditempuh, juga kapasitas
transmisinya ikut membesar. Pada tahun 1984, kapasitasnya sudah dapat menyamai
kapasitas sistem deteksi langsung. Sayang, generasi ini terhambat
perkembangannya karena teknologi peranti sumber dan deteksi modulasi frekuensi
masih jauh tertinggal. Tetapi, tidak dapat disangkal bahwa sistem koheren ini
punya potensi untuk maju pesat pada masa-masa yang akan datang.
Generasi Kelima (mulai 1989)
Pada
generasi ini, dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi repeater pada generasi-generasi
sebelumnya. Sebuah penguat optik terdiri dari sebuah diode laser InGaAsP
(panjang gelombang 1,48 mm) dan sejumlah fiber optik dengan doping erbium (Er)
di terasnya. Pada saat serat ini disinari diode lasernya, atom-atom erbium di
dalamnya akan tereksitasi dan membuat inversi populasi, sehingga bila ada
sinyal lemah masuk penguat dan lewat di dalam serat, atom-atom itu akan
serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisi terangsang (stimulated emission) Einstein.
Akibatnya, sinyal yang sudah melemah akan diperkuat kembali oleh emisi ini dan
diteruskan keluar penguat. Keunggulan penguat optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya
gangguan terhadap perjalanan sinyal gelombang, sinyal gelombang tidak perlu
diubah jadi listrik dulu dan seterusnya, seperti yang terjadi pada repeater. Dengan adanya penguat optik
ini, kapasitas transmisi melonjak hebat sekali. Pada awal pengembanganya hanya
dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun kemudian, kapasitas transmisi sudah
menembus harga 50 ribu Gb.km/s.
Generasi Keenam (mulai 1988)
Pada
tahun 1988, Linn F. Mollenauer memelopori sistem komunikasi soliton. Soliton
adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang gelombang.
Komponen-komponennya memiliki panjang gelombang yang berbeda hanya sedikit dan
juga bervariasi dalam intensitasnya. Panjang soliton hanya 10-12 detik dan
dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang saling berdekatan, sehingga
sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakan informasi yang terdiri dari
beberapa saluran sekaligus (wavelength
division multiplexing). Eksperimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat
membawa lima saluran yang masing-masing membawa informasi dengan laju 5
Gb.km/s. Cacah saluran dapat dibuat menjadi dua kali lipat lebih banyak jika
dibuatkan multiplexing polarisasi karena setiap saluran memiliki dua polarisasi
yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah diuji mencapai 35 ribu Gb.km/s.
Cara
kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang
gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu bahan
jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan
untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar pada
waktu sampai di receiver. Hal ini
sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil
bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa penggabungan ciri beberapa generasi
teknologi fiber optik akan mampu menghasilkan suatu sistem komunikasi yang
mendekati ideal, yaitu yang memiliki kapasitas transmisi yang sebesar-besarnya
dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya. Yang jelas, pada masa mendatang
dunia komunikasi, tidak dapat dihindari lagi, akan dirajai oleh teknologi fiber
optik.
3.3.
TEORI
DASAR FIBER OPTIK
Fiber
optik merupakan suatu light waveguide
(pemandu gelombang cahaya) yang berisi bahan dielektrik dengan indeks bias
tertentu yang dapat digunakan untuk merambatkan energi cahaya.
Suatu
sistem komunikasi fiber optik memiliki perangkat penting, yaitu transmitter, kabel fiber optik, dan receiver.
a. Transmitter
mengirim informasi dalam bentuk pulsa elektrik dari kabel tembaga, kemudian
diterjemahkan menjadi pulsa cahaya yang bersesuaian. Untuk membangkitkan pulsa
cahaya tersebut, dapat digunakan LED atau LD. LED umumnya digunakan untuk fiber
optik multimode dan LD biasanya digunakan
untuk fiber optik singlemode.
b. Kabel
fiber optik berfungsi untuk merambatkan sinyal optik dari transmitter ke receiver.
c. Receiver
menerima sinyal optik, kemudian mengkonfirmasikannya kembali menjadi sinyal
elektrik aslinya. Jenis detector
cahaya yang dapat digunakan adalah photodetector.
Karena
media transmisi fiber optik selalu memiliki redaman meskipun kecil, maka pada saat
tertentu dimana gelombang-gelombang informasi yang ditransmisikan sudah melemah
mendekati ambang batasnya, diperlukan sebuah perangkat penguat ulang untuk
menghasilkan besaran penguatan yang sama seperti keluaran terminal, perangkat
ini disebut repeater. Di dalam sebuah
repeater, terdapat amplifier sebagai
penguatnya. Pada saat ini ada dua jenis repeater
yang digunakan, yaitu sebagai berikut.
a. Digital Repeater,
yaitu penguat ulang di tingkat elektrik. Cara penguatannya adalah dengan
mengubah gelombang cahaya menjadi elektrik kemudian dikuatkan dan pada tahap
akhir diubah kembali dari gelombang elektrik menjadi gelombang cahaya dan
kemudian siap ditransmisikan kembali ke fiber optik.
b. Optical Repeater,
yaitu penguatan ulang di tingkat elektrik. Cara penguatannya adalah dengan
mencampur gelombang cahaya yang lemah tadi dengan gelombang cahaya yang baru
yang lebih kuat dari pompa cahaya. Setelah gelombang cahaya cukup kuat seperti
keluaran terminal, maka gelombang cahaya siap diumpankan kembali ke fiber
optik.
Repeater
hanya menguatkan sinyal cahaya yang datang, sehingga noise yang datang juga ikut terkuatkan. Oleh karena itu, untuk
jarak yang cukup jauh, seperti SKKL (Sistem Komunikasi Kabel Laut), diperlukan optical regenerator untuk mengatasi
pelemahan sinyal.
3.4.
STRUKTUR
DASAR FIBER OPTIK
Fiber
optik adalah suatu filamen (serabut) yang terbuat dari kaca, berdiameter
sebesar rambut manusia, yang merupakan pemandu gelombang cahaya (light waveguide) yang terdiri dari core dan cladding yang mampu menyalurkan informasi dalam bentuk cahaya,
dimana diameter inti (core) harus
lebih besar dibandingkan diameter cladding
(lapisan inti). Hal ini dimaksudkan agar jika cahaya terpantul ke cladding, dapat kembali ke core (tidak merambat ke cladding).
Secara
umum, bagian-bagian fiber optik adalah sebagai berikut ini.
a. Core
(inti)
Gelombang
cahaya yang dikirim akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dari
lapisan kedua, dan terbuat dari kaca. Inti (core)
mempunyai diameter yang bervariasi antara 5 µm – 50 µm tergantung jenis fiber
optiknya.
Core
berfungsi
untuk menentukan cahaya merambat dari suatu ujung serat optik ke ujung lainnya.
b. Cladding (lapisan inti)
Bagian
ini mengelilingi bagian inti dan mempunyai indeks bias lebih kecil dibanding
dengan bagian inti, dan terbuat dari kaca. Cladding
mempunyai diameter yang bervariasi antara 125µm (untuk singlemode dan multimode step
index) dan 250 µm (untuk multimode
grade index).
Fungsi
cladding adalah sebagai berikut.
1)
Mengurangi cahaya yang loss dari inti ke udara sekitar.
2)
Mengurangi loss hamburan pada permukaan inti.
3)
Melindungi serat dari kontaminasi
penyerapan permukaan.
4)
Menambah kekuatan mekanis.
c. Coating (jaket)
Bagian
ini merupakan pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dari bahan
plastik elastik (PVC). Terdapat 3 jenis coating,
yaitu: primer, sekunder, dan pembungkus pelindung (PVC sheath).
Coating berfungsi
sebagai pelindung mekanis dan tempat kode warna.
2 comments:
terimakasih banyak. sangat membantu untuk laporan saya.
Sejarah fiber optik pertama ditemykan di jerman. apa sih pengertian fiber optik? ,kunjungi artikel lengkapnya di www.fibernet.me
Post a Comment
Terima kasih, Anda telah bersedia meninggalkan komentar Anda mengenai post ini. ^^