RSS

Thursday, July 21, 2011

Subnetting versi 4

Subnetting versi 4


Karena jumlah IP versi 4 yang semakin terbatas, namun penggunaan IPv4 yang semakin meluas, maka perlu dibuat segmen-segmen jaringan. Faktanya adalah sebagai berikut ini.

Sehingga, perlu dilakukan subnetting. Proses subnetting kira-kira seperti gambar di bawah ini.
Contoh gambar jaringan sebelum dilakukan subnetting.
Contoh gambar jaringan setelah dilakukan subnetting.


SUBNET MASK
Tapi, sebelum masuk kepada cara melakukan subnetting, ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan subnet mask.
Subnet mask adalah istilah yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.

Penggunaan sebuah subnet mask yang disebut address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP.

Bit-bit subnet mask yang didefinisikan adalah sebagai berikut.
o   Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
o   Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.

Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja, baik subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas), ataupun subnet mask customization (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yaitu:
o   Notasi desimal bertitik
o   Notasi panjang prefiks jaringan

Notasi Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian dari network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
Alamat IP        :  www.xxx.yyy.zzz
Subnet mask   :  www.xxx.yyy.zzz
 
Kelas Alamat
Subnet mask (biner)
Subnet mask (desimal)
Kelas A
11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
Kelas B
11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
Kelas C
11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0

Agar lebih jelas, berikut adalah pembagian subnet mask default per kelas.

Perlu diingat bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting).
Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit, sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut, serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0

Notasi Panjang Prefiks (Prefix Length)
Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan Classless Inter-Domain Routing (CIDR).
Formatnya adalah sebagai berikut:
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>

Kelas
Subnet mask (biner)
Subnet mask (desimal)
Prefix length
A
11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
/8
B
11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
/16
C
11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0
/24

Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask default 255.255.0.0, dapat direpresentasikan di dalam notasi panjang prefiks sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula.
Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Cara Menentukan Network Identifier
Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison).
Di dalam sebuah perbandingan AND, nilai dari dua hal yang dibandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya bernilai false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang dibandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang dibandingkan bernilai 0.
Kombinasi Bit
Hasil
1 AND 1
1
1 AND 0
0
0 AND 1
0
0 AND 0
0

Cara ini disebut dengan operasi bitwise logical AND comparison dengan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengna menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP      : 10011111.11001111.01100100.00111110 (159.207.100.62)
Subnet mask    : 11111111.11111100.00000000.00000000 (255.252.0.0)
-------------------------------------------------------------------AND
Network ID     : 10011111.11001100.00000000.00000000 (159.204.0.0)

Subnetting Alamat IP Kelas A
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
Jumlah subnet (segmen jaringan)
Jumlah subnet bit
Subnet mask (desimal bertitik atau prefix length)
Jumlah host tiap subnet
1-2
1
255.128.0.0 atau /9
8388606
3-4
2
255.192.0.0 atau /10
4194302
5-8
3
255.224.0.0 atau /11
2097150
9-16
4
255.240.0.0 atau /12
1048574
17-32
5
255.248.0.0 atau /13
524286
33-64
6
255.252.0.0 atau /14
262142
65-128
7
255.254.0.0 atau /15
131070
129-256
8
255.255.0.0 atau /16
65534
257-512
9
255.255.128.0 atau /17
32766
513-1024
10
255.255.192.0 atau /18
16382
1025-2048
11
255.255.224.0 atau /19
8190
2049-4096
12
255.255.240.0 atau /20
4094
4097-8192
13
255.255.248.0 atau /21
2046
8193-16384
14
255.255.252.0 atau /22
1022
16385-32768
15
255.255.254.0 atau /23
510
32769-65536
16
255.255.255.0 atau /24
254
65537-131072
17
255.255.255.128 atau /25
126
131073-262144
18
255.255.255.192 atau /26
62
262145-524288
19
255.255.255.224 atau /27
30
524289-1048576
20
255.255.255.240 atau /28
14
1048577-2097152
21
255.255.255.248 atau /29
6
2097153-4194304
22
255.255.255.252 atau /30
2

Subnetting Alamat IP Kelas B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
Jumlah subnet (segmen jaringan)
Jumlah subnet bit
Subnet mask (desimal bertitik atau prefix length)
Jumlah host tiap subnet
1-2
1
255.255.128.0 atau /17
32766
3-4
2
255.255.192.0 atau /18
16382
5-8
3
255.255.224.0 atau /19
8190
9-16
4
255.255.240.0 atau /20
4094
17-32
5
255.255.248.0 atau /21
2046
33-64
6
255.255.252.0 atau /22
1022
65-128
7
255.255.254.0 atau /23
510
129-256
8
255.255.255.0 atau /24
254
257-512
9
255.255.255.128 atau /25
126
513-1024
10
255.255.255.192 atau /26
62
1025-2048
11
255.255.255.224 atau /27
30
2049-4096
12
255.255.255.240 atau /28
14
4097-8192
13
255.255.255.248 atau /29
6
8193-16384
14
255.255.255.252 atau /30
2

Subnetting Alamat IP Kelas C
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
Jumlah subnet (segmen jaringan)
Jumlah subnet bit
Subnet mask (desimal bertitik atau prefix length)
Jumlah host tiap subnet
1-2
1
255.255.255.128 atau /25
126
3-4
2
255.255.255.192 atau /26
62
5-8
3
255.255.255.224 atau /27
30
9-16
4
255.255.255.240 atau /28
14
17-32
5
255.255.255.248 atau /29
6
33-64
6
255.255.255.252 atau /30
2

Variable-length Subnetting
Bahasan sebelumnya merupakan contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa sub jaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah dalam kasus ini, proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifier asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
VLSM memungkinkan pembagian ruang IP address secara rekursif, contoh agregasi routingnya adalah sebagai berikut.

Perhitungan Pada Subnetting
Jika kita ingin mengetahui berapa buah subnet yang akan terbentuk, maka dapat digunakan rumus:
2s = jumlah subnet yang terbentuk (s= jumlah bit yang diset 1 kecuali default).
Misal. 192.168.0.1/27 (subnetnya: 11111111.11111111.11111111.11100000), sehingga, jumlah subnet yang terbentuk = 2s = 23 = 8 buah subnet.
Untuk jumlah host yang dapat dipakai, rumusnya adalah: jumlah host = 2h – 2 (h = bit bernilai 0).
Contoh dari soal di atas, bit bernilai 0 ada 5 buah sehingga dalam jaringan tersebut, jumlah host yang dapat dipakai adalah: 2h-2 = 25 – 2 = 32-2 = 30 host.
 ***


Referensi
Jobsheet 3 Praktikum Instalasi dan Jaringan Komputer Jurusan Teknik Elektronika PTI-UNP.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih, Anda telah bersedia meninggalkan komentar Anda mengenai post ini. ^^

Popular Posts